Tidak Boleh Pesimis, Kita Punya Allah

Fathur Rohim Suhadi saat kutbah Jumat di SMK Muhammadiyah 5 Babat

PWMU.CO – Tidak boleh pesimis, kita punya Allah disampaikan Fathurrahim Syuhadi saat kutbah Jumat di SMK Muhammadiyah 5 Babat (Muhlibat)  Jalan Rumah Sakit 17 Babat, Lamongan, Jumat (18/2/22).

Dia mengatakan wabah Covid-19 itu hampir berlalu, kita tidak boleh pesimis, kita tidak boleh berkecil hati. Ini ujian kita masih punya Allah SWT.

“Kita mohon ampun pada Allah. Kita mohon pertolongan pada Allah SWT dengan sabar, Innallah ma ashobirin,” ujarnya.

Dia memaparkan alhamdulillah dengan Covid itu perkembangan Muhammadiyah sungguh sangat pesat. Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai ribuan jumlahnya. Masjid dan mushola mencapai 11.500 buah, termasuk yang ada di SMK Muhlibat ini

Tentu, lanjutnya, sebagai warga Muhammadiyah, kita harus berpikiran maju, berpikiran dan bertindak yang mencerahkan untuk lingkungan. Mari kita semua berdakwah dengan makruf. Mengajak keluarga dan lingkungan kita termasuk Angkatan Muda Muhammadiyah untuk ber-Fastabiqul Khoirot

“AUM mulai dari TK, TPA, madrasah, dan masjid juga SMK Muhlibat ini. Mari kita isi, mari kita makmurkan. Mengapa? Karena, kalau kita semua tidak peduli, siapa lagi yang peduli dengan dakwah amar makruf nahi munkar ini,” tuturnya.

Hampir Dua Tahun

Rohim, sapaan akrabnya, dalam khutbahnya menyampaikan hampir 2 tahun kita diuji oleh Allah SWT dengan adanya musibah yang menggelobal yaitu dengan munculnya wabah penyakit Covid-19.

“Dengan adanya Covid-19 ini telah memporakporandakan tatanan dunia. Seluruh sektor perekonomian menjadi lumpuh. Terjadi kelangkaan di mana-mana, baik yang berupa sembako maupun alat-alat kesehatan,” katanya.

Dia mengungkapkan dunia pendidikan juga berdampak. Sekolah diliburkan, anak-anak harus belajar di rumah. Kampus-kampus maupun sekolah menjadi sepi, begitu juga dengan lalu lintas jalan raya.

Para tenaga kesehatan berjihad, sambungnya, menyelamatkan pasien terpapar Corona. Tidak sedikit nyawa perawat dan dokter menjadi taruhannya, sehingga mereka gugur berjihad di medan ini.

“Ini yang terjadi sekarang. Semua terkena dampaknya,” tandasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *